TERSAJI MEMENUHI KEBUTUHAN ANDA

TRAVELLING, FOOD, LIFESTYLE, RESTRO, EVENT, LEISURE, PLEISURE, HOTEL

Kamis, 21 April 2011

PESONA MANGGA GEDONG GINCU

MANGGA GEDONG GINCU, youp! Meskipun Mangga jenis ini merupakan mangga yang lahir baru kemarin sore, namun sudah mampu memikat hati penikmat Mangga. Mencoba menyusul senior-seniornya, seperti Harum Manis, Cengkir, Gedong dan lain-lain, Mangga Gedong Gincu lahir sebagai “bayi” premature. Di usianya yang relative masih “ijo” Mangga Gedong Gincu sudah mampu bersaing dengan mangga-mangga yang notabene “kakak-kakak” mereka.

Bentuknya yang bulat, dengan kulit yang tebal dengan rasa yang manis teramat, ditambah lagi dengan aroma yang ditimbulkan dari buahnya ketika mulai matang, menjadi pemicu bagi penggila mangga berhasrat untuk menikmati buah yang lahir “kemarin sore” ini. Warna bulatan merah yang menghiasi pangkal buahnya, semakin mempercantik fisik mangga jenis ini. Warna mangga ini akan semakin sempurna daya tariknya ketika sudah masuk dalam fase matang sempurna, warna kuning kemerahan layaknya warna gincu.
Membiarkan mangga ini matang secara alami di pohon nya, membuwat rasa manis yang dikandung dan warna yang memikat dari buah ini semakin menunjukan ke “cantikannya” yang semakin sexi.

Kabupaten Cirebon, merupakan salah satu daerah komoditi Mangga Gedong Gincu diwilayah Jawa Barat, bersama kabupaten tetanggnya, Indramayu, Kuningan dan Majalengka. Letak geografis yang subur, menjadikan Buah Mangga Gedong Gincu Kabupaten Cirebon memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan 3 daerah komoditi Mangga Gedong Gincu di daerah tetangganya.

Ke-SEXI-an Mangga Gedong Gincu, kini tidak hanya dinikmati sebatas berkutat di tanah air melulu, melainkan sudah berani mendobrak tembok pasar global. Singapura,Amerika dan Jepang adalah Negara yang warganya sudah menikmati sensasi yang diberikan Mangga Gedon Gincu di samping Negara-negara lainnya.

Datanglah ke Kabupaten Cirebon, dan nikmati sensasi yang diberikan si SEXI Mangga Gedong Gincu.

BATIK CIREBON

BATIK TRUSMI CIREBON

BATIK CIREBON mempunyai warna khas tersendiri. Pewarnaan batik membedakan batik yang satu dengan lainnya. Setiap daerah mempunyai ciri khas warna tertentu sehingga menunjukkan keanekaragaman batik Indonesia. Pewarnaan ini tidak hanya menjadi ciri khas suatu daerah tetapi menentukan juga nilai-nilai estetika dari sebuah batik.

BATIK TRUSMI mempunyai warna dan teknik batik sendiri yang sulit ditiru oleh daerah lain, karena pewarnaan batik tidak hanya menggunakan teknik yang cukup rumit melainkan kadar ph air menentukan keberhasilan suatu proses pewarnaan batik. Artinya walaupun misalnya daerah Garut menguasai teknik pewarnaan batik Trusmi, tetapi jika dikerjakan di Garut warnanya tidak seperti warna batik Trusmi. Inilah keunggulan dari batik Trusmi, selain mempunyai desain batik yang baik, batik Cirebon juga didukung oleh teknik pewarnaan dan ph air yang berbeda dengan daerah lainnya.

Teknik pewarnaan batik tidaklah semudah melukis di atas kanvas. Melukis kanvas dapat dengan mudah mengontrol warna yang dituangkan karena semua warna terlihat jelas. Warna yang diinginkan dapat dengan mudah dihasilkan dan kalau warna tersebut tidak sesuai misalnya terlalu tua atau terlalu muda maka dengan mudah dapat diganti. Lain halnya dengan pewarnaan batik, kita harus mempunyai teknik tertentu untuk menghasilkan warna batik dengan motif tertentu. Selain itu feeling terhadap warna haruslah kuat karena warna batik dihasilkan dengan pencampuran zat kimia yang diproses air dengan suhu tertentu, pengelorodan atau perebusan batik dan pemanasan dengan cahaya matahari. Cukup rumit untuk pemula yang akan mempelajari batik, tapi jangan kuatir, semuanya akan diterangkan disini.

Batik Trusmi mengenal dua jenis warna yang berasal dari produsennya, yaitu warna buatan Jerman yang umumya disebut dengan istilah obat sol dan warna buatan Jepang atau terkenal dengan obat Jawo dan napthol. Kedua warna ini menggunakan campuran air sebagai pengencernya.

Umumnya pewarnaan batik Trusmi dibagi menjadi lima, batik sogan, batik biron, batik bangbiru, batik babarmas, dan batik tigo negerian.

BATIK SOGAN
Warna yang dihasilkan batik sogan adalah warna krem dan putih dengan corak berwarna hitam, sedangkan untuk isen-isen berwarna coklat.
Proses Pewarnaan

Batik dengan motif yang sudah diberi isen-isen.
Pemberian warna hitam dengan menggunakan zat kimia BO sebagai warna pertama dan garam biru yang ditambahakan dengan hitam.
Penghilangan isen-isen yang akan diberi warna coklat dengan cara menggosokan cairan kustik yang dibilas dengan air sampai terlihat warna dasar kain putih.
Penutupan warna dengan lilin.
Pemberian warna coklat dengan menggunakan zat kimia SLB sebagai warna pertama dan biru BB, GG dan merah B sebagai warna kedua.
Pelorodan atau perebusan batik.
Penjemuran batik.


Babarmas
Warna babarmas sering digunakan untuk batik keratonan karena warna ini bercorak klasik. Babarmas mempunyai tiga unsur warna, krem sebagai dasarnya, hitam dan coklat sebagai coraknya.

Proses Pewarnaan :

1. Batik dengan motif yang sudah diberi isen-isen dan tembokan.
2. Pemberian warna hitam dengan obat apthul, dan BO yang dicampur dengan garam biru dan hitam.
3. Pelorodan atau perebusan batik.
4. Penutupan isen yang akan diberi warna putih
5. Pemberian warna coklat dengan pencampuran warna SLB dan biru BB.
6. Pelorodan atau perebusan batik.
7. Penjemuran batik.


BATIK BIRON
Warna biron diambil dari warna biru yang menjadi warna utama batik ini. Teknik pewarnaan biron paling sederhana disbanding dengan teknik lainnya karena hanya menggunakan satu kali proses pelorodan dan menghasilkan satu warna.

Proses pewarnaan :

1. Batik dengan motif yang sudah diberi isen-isen.
2. Pemberian warna obat napthol, obat AS yang dicampur dengan kostik dan air panas yang berfungsi sebagai pembangkit warna, serta zat kimia biru BB sebagai campuran warnanya.
3. Pelorodan.
4. Penjemuran batik.


BATIK BANGRU
Istilah ini diambil dari warna batik yang dominan warna merah atau abang dan biru.

Proses pewarnaan :

1. Batik dengan motif yang sudah diberi isen-isen dan tembokan.
2. Pemberian warna merah, dengan campuran zat kimia BO dan BS yang dicampur dengan merah B dan R sebagai obat kedua.
3. Pelorodan atau perebusan batik.
4. Penutupan warna merah dan warna yang akan direncanakan berwarna putih atau dikenal dengan proses ngabangi.
5. Pemberian warna biru dengan zat kimia AS dab biru BB.
6 Pelorodan.
7. Penjemuran batik.

Rabu, 20 April 2011

CIREBON COFFEE BEAN's

JL. R.A KARTINI 12B CIREBON - Telp. (0231) 234407

BANYAK ALASAN UNTUK MINUM KOPI

Kopi merupakan minuman favorit banyak orang. Mulai dari kedai pinggir jalan hingga hotel bintang lima menyediakan minuman yang rasa dan aromanya nikmat ini. Kandungan kafein dalam kopi dipercaya bisa membangkitkan kesegaran dan kebugaran. Tapi di lain pihak masih banyak orang yang takut minum kopi karena alasan kesehatan.

Untuk menjawab kontroversi tersebut hingga saat ini berbagai penelitian terus dilakukan untuk mengetahui khasiat dan manfaat kopi bagi tubuh. Sebagai salah satu pengekspor kopi utama di dunia, kopi dari Indonesia terkenal bermutu tinggi. Ditambah alasan lain di bawah ini, sayang rasanya jika harus melewatkan secangkir kopi.

Melawan kegemukan
Orang yang sering minum kopi diketahui berat badannya lebih stabil selama 12 tahun dibandingkan dengan orang yang berhenti minum kopi. Demikian menurut penelitian yang dilakukan tim dari Harvard School of Public Health, Boston, AS.

Menambah semangat
Minum kopi disela waktu bekerja ternyata bisa membantu kita tetap bugar dan berkonsentrasi. Penelitian menunjukkan atlit yang mengonsumsi minuman yang mengandung cafein karbohidrat setelah bersepeda memiliki lebih banyak glikogen (cadangan energi) dalam ototnya bila dibandingkan dengan atlit yang tidak mengonsumsi. Glikogen akan membantu kita lebih cepat dan gesit dalam sesi berikutnya.

Mengurangi risiko penyakit
Menambah konsumsi kopi menurut penelitian The National Institute of Environmental Medicine di Swedia, bisa menghindari kita dari risiko kanker hati. Cukup dua cangkir kopi per hari dan risiko kanker akan berkurang 43 persen. Studi lain menunjukkan wanita yang minum kopi risiko terkena serangan jantung berkurang 24 persen. Antioksidan yang terdapat dalam kopi diduga melindungi kita dari penyakit-penyakit itu.

Sebuah studi yang dilaporkan dalam Journal of Nutrition menyebutkan gadis remaja yang sering minum kopi setiap hari risiko terkena kanker payudara berkurang 40 persen. Kandungan kafein dan polipenhol dalam kopi melindungi tubuh melawan kanker payudara.

Membantu daya ingat
Peneliti dari Medical University of Innsbruck, Austria, mengatakan bahwa kafein bisa mencegah berkurangnya daya ingat. Minum secangkir kopi sebelum pertemuan penting dengan klien barangkali layak dicoba agar daya ingat dan otak lebih tajam.

Mencairkan suasana
Harus berurusan dengan orang yang sulit diajak kerjasama? ajaklah ia menikmati secangkir kopi. Kafein akan membuat orang lebih terbuka, demikian menurut laporan yang diterbitkan dalam European Journal of Social Psychology. Peneliti mengungkapkan kafein merangsang fungsi kognitif sehingga orang akan lebih terbuka dan respektif.

Cirebon Coffee Bean's
Menyajikan kopi dari biji kopi pilihan dengan aroma yang khas didukung dengan suasana yang representatif dan nyaman adalah tempat yang cocok untuk PENIKMAT KOPI SEJATI.

HOTEL IN CIREBON

7 HOTEL BERBINTANG DI CIREBON

JAMU TRADISIONAL CIREBON



TAHUN 1930, Kota Cirebon terus berbenah meskipun masa kolonialisme Belanda masih bertahta. Derak ekonomi pun berjalan. Dan di tengah situasi politik yang kurang menguntungkan itu, masyarakat etnis Tionghoa mengembangkan home industry. Usaha ini penting dilakukan mengingat Krisis Ekonomi Global yang berawal di AS serta berimbas ke hampir seluruh negara. Mengutip Abdul Wahid (Bertahan di Tengah Krisis: Etnis Tionghoa dan Ekonomi Kota Cirebon, Penerbit Ombak, Yogyakarta 2009) etnis Tionghoa di berbagai kota di Indonesia menjadi pedagang makanan keluar masuk kampong, pedagang kelontong, bahkan menjadi tukang cuci setrika dengan bersepeda menjemput dan mengantarkan cucian konsumen. Upaya mempertahankan hidup yang dramatis namun bertanggung jawab itu merupakan sebuah episode pada babak dinamika ekonomi etnis Tionghoa di Indonesia.
Etnis Tionghoa menurut catatan sejarah, masuk ke Cirebon sekitar abad 18 terutama sejak meletusnya Pemberontakan Trunojoyo di Mataram. Etis Tionghoa melalui jalur pelabuhan Rembang Jawa Tengah bermigrasi ke Cirebon. Puluhan kapal itu pun mengangkut harta kekayaan mereka. Di Cirebon, mereka minta suaka politik kepada penguasa Kerajaan Cirebon saat itu. Konsekuensinya, etnis Tionghoa (kaum migran) itu pun lantas ikut membangun ekonomi Cirebon, juga mendirikan rumah ibadah (klenteng), menghidupkan kesenian tradisi dan dekat dengan keluarga keraton.
Menurut Kartani (73), budayawan gaek dari Desa Mertasinga Kabupaten Cirebon, “Kedekatan etnis Tionghoa dengan keraton itulah yang kemudian menempatkan mereka sebagai warga kelas satu. Mungkin karena jasanya mengembangkan ekonomi serta kontribusi kepada seni tradisi, yang membuat etnis Tionghoa diterima oleh pikah keraton”. Masih menurut Kartani, etnis Tionghoa pun membeli gamelan Cerbonan dari keraton seharga 25 ringgit uang emas. Gamelan seni tradisi ini antara lain digunakan untuk pentas Tari Tayub.
Roda ekonomi Kota Cirebon pun bergerak, terutama dari Pecinan yang dimotori oleh etnis Tionghoa. Berbagai usaha pun digeluti, dari yang kecil hingga menjadi distributor gula putih yang langsung berhubungan ke pabrik. Dari pedagang kelontong hingga agen perjalanan laut, dan sebagainya.
Jamu Nyonya Lim Seng Tjoan
Saat itu sedikitnya ada 6 (enam) merk jamu tradisional yag dikelola etnis Tionghoa Cirebon. Merk yang terkenal adalah Jamu Nyonya So di Jalan Petratean, Jamu Nyonya Liem Seng Tjoan, Jamu Nyonya Buyut, Jamu Nyonya Buyut, Jamu Nyonya Ideng ~keempatnya di Jalan Lemahwungkuk (Pecinan), dan Jamu Nyonya Idep di Pasar Pagi. Dari 5 (lima) industri jamu itu, kini hanya satu yang bertahan dan terus berproduksi, yaitu Jamu Nyonya Liem Seng Tjoan.
Dinamakan industri rumah karena sejak bahan datang diperoleh dari pemasok di sekitar lereng Gunung Ciremai Kabupaten Kuningan, seluruh keluarga pembuat industri jamu bahu membahu mengurai daun rempah-rempah dan pepohonan obat dari tangkainya. Bila jumlahnya mencapai 600 kg, pekerjaan itu memerlukan waktu pengerjaan selama 4 (empat) hari. Setelah itu dicuci dan dijemur selama 2 (dua) hari. Setelah kering ramuan itu digiling agar menjadi halus, lantas dipisah berdasar khasiat masing-masing. Serbuk itu pun dimasukkan ke dalam stoples kaca yang diberi etiket sesuai penggunaan dalam peracikan jamu.
Menurut Liem Hwat Thay (67), cucu Nyonya Liem Seng Tjoan, usaha jamu tradisinya memang sampai kini masih bertahan, bahkan hanya tersisa di 2 (dua) tempat, yakni jamu miliknya dan Jamu Nyonya So, namun perputarannya tidak seramai tahun 1970 – 1980 an. Kini Jamu Nyonya Liem Seng Tjoan hanya mengolah ramuan sebesar 600 kg bruto, untuk masa kadaluarsa 6 (enam) bulan. Artinya setiap 6 (enam) bulan produksi jamunya diperbarui. Itu sebabnya setiap kali ada pemeriksaan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) atau Dinas Kesehatan setempat, produksi jamunya tergolong layak jual dan tidak berbahaya bagi kesehatan konsumen.
Kendala yang muncul menurut suami Kwa Lian Tjun (63) ialah tentang regenerasi peracikan jamu. Katanya, “Anak-anak tidak ada yang bisa meramu (meracik) bahan baku jamu bagi sebuah penyakit. Padahal saya sudah mengajarkan, tapi minat anak mantu kepada usaha jamu tradisional semakin berkurang”. Ia khawatir sepeninggalnya nanti, apakah Jamu Nyonya Liem Seng Tjoan yang dibangun neneknya pada tahun 1930 ini akan tetap ada atau sebaliknya. “Anak mantu tidak ada yang mampu meracik adonan jamu”. Hal ini dibenarkan anak perempuannya Rini (29) yang mengaku cemas melihat masa depan industry jamu tradisi keluarganya. “Anak muda sekarang boleh dibilang tidak ada yang mau memisahkan daun dari tangkai pohon obat, apalagi dilakukan selama 3 (tiga) hari”, ujar Rini.
Income harian dari penjualan jamu ini berkisar Rp 100 ribu hingga Rp 200 ribu sehari. Produk Jamu Nyonya Liem Seng Tjoan sudah menyebar ke berbagai pelosok hingga ke luar Jawa, bahkan ada yang membawanya ke Belanda. Biasanya yang membawa produk jamu keluarga Liem ke Belanda adalah kerabatnya sendiri sambil menengok keluarganya di sana.
Upaya mempertahankan hidup, upaya mempertahankan bisnis keluarga pada akhirnya tidak lepas dari kecenderungan dan komitmen keturunannya untuk melestarikan usaha keluarga. Jika tidak, bergugurannya jumlah bisnis keluarga jamu dari kalangan etnis Tionghoa Cirebon ~ merupakan contoh konkrit betapa sulitnya mempertahankan bisnis keluarga. Berbagai alasan semisal beralih ke usaha di bidang teknologi komunikasi atau lainnya, kadang jadi penyebab dan sekaligus kendala matinya bisnis keluarga di sektor industri berbasis tradisi.

BUDAYA CIREBON




SEJARAH TARI TOPENG CIREBON

Jare Wong Tuwa.
Menulis tentang keberadaan seni Tari Topeng Cirebon dengan kaitannya di dalam Keraton Cirebon, maka tidak bisa lepas dari perjalanan sejarah berdirinya Penguasa Islam di daerah pesisir ini.

Pada saat berkuasanya Sunan Gunung Jati sebagai Pimpinan Islam di Cirebon, maka datanglah percobaan untuk meruntuhkan kekuasaan Cirebon di Jawa Barat. Tokoh pelakunya adalah Pangeran Welang dari daerah Karawang. Tokoh ini ternyata sangat sakti dan memiliki pusaka sebuah pedang bernama Curug Sewu. Penguasa Cirebon beserta para pendukungnya tidak ada yang bisa menandingi kesaktian Pangeran Welang. dalam keadaan kritis maka diputuskan bahwa utnuk menghadapi musuh yang demikian saktinya harus dihadapi dengan diplomasi kesenian. Setelah disepakati bersama antara Sunan Gunung Jati, Pangeran Cakrabuana dan Sunan Kalijaga maka terbentuklah team kesenian dengan penari yang sangat cantik yaitu Nyi Mas Gandasari dengan syarat penarinya memakai kedok/topeng.

Mulailah team kesenian ini mengadakan pertunjukan ke setiap tempat seperti lazimnya sekarang disebut ngamen. dalam waktu singkat team kesenian ini menjadi terkenal sehinga Pangeran Walang pun penasaran dan tertarik untuk menontonnya. Setelah pangeran Walang menyaksikan sendiri kebolehan sang penari, seketika itu pula dia jatuh cinta, Nyi Mas Gandasari pun berpura – pura menyambut cintanya dan pada Saat Pangeran Walang melamar maka Nyi Mas Gandasari minta dilamar dengan Pedang Curug Sewu. Pangeran Walang tanpa pikir panjang menyerahkan pedang pusaka tersebut bersamaan dengan itu maka hilang semua kesaktian Pangeran Walang.

Dalam keadaan lemah lunglai tidak berdaya Pangeran Walang menyerah total kepada sang penari Nyi Mas gandasari dan memohon ampun kepada Sunan Gunung Jati agar tidak dibunuh. Sunan Gunung Jati memberi ampun dengan syarat harus memeluk agama Islam. Setelah memeluk agama Islam Pangeran Walang dijadikan petugas pemungut cukai dan dia berganti nama menjadi Pangeran Graksan. Sedangkan para pengikut Pangeran Walang yang tidak mau memeluk agama Islam tetapi ingin tinggal di Cirebon, oleh Sunan Gunung Jati diperintahkan untuk menjaga keraton – keraton Cirebon dan sekitarnya.

( Cerita ini diambil dari buku Babad Cirebon Carang Satus dan pernah dipentaskan melalui pagelaran Wayang Golek Cepak oleh Dalang Aliwijaya di Keraton Kacirebonan Cirebon ).

Melihat keberhasilan misi kesenian topeng bisa dijadikan penangkal serangan dari kekuatan – kekuatan jahat maka pihak penguasa Cirebon menerapkan kesenian topeng ini untuk meruat suati daerah yang dianggap angker. Dan kelanjutannya kesenian topeng ini masih digunakan di desa – desa untuk upacara ngunjung, nadran, sedekah bumi dan lain – lainnya.

Setelah masyarakat menerima tradisi meruat itu, di samping harus ada pagelaran wayang kulit juga harus menampilkan tari topeng, maka tumbuh suburlah penari – penari topeng di Cirebon. Namun yang mula – mula menarikan tari topeng ini kebanyakan para dalang wayang kulit yang sebelum pentas wayang, pada siang hari sang dalang harus menari topeng terlebih dahulu. Oleh karenanya para dalang wayang kulit yang lahir sebelum tahun 1930 diwajubkan untuk mendalami tari topeng terlebih dahulu sebelum menjadi dalang wayang kulit. Dalam hubungannya pihak keraton selalu melibatkan kesenian untuk media dakwah dalam penyebaran agama Islam, dan pihak keraton memberikan nama Ki Ngabei untuk seniman yang juga berdakwah.

Kesenian tari topeng Cirebon menjalankan sisi dakwah keagamaan dengan berpijak kepada tata cara mendalami Islam di Cirebon yang mempunyai 4 (empat) tingkatan yang biasa disebut : Sareat, Tarekat, Hakekat dan Ma’ripat.
Posted by Picasa

TREVELLING




Trevelling
Posted by Picasa